Pentingnya Berbudaya K3
Teori gunung es merupakan sebuah teori yang menyampaikan bahwa kerugian tidak terlihat yang timbul karena kecelakaan kerja lebih besar daripada kerugian yang terlihat. Untuk sebuah kerugian dapat dihitung, sedangkan kerugian yang tidak tampak atau dampaknya tidak langsung berupa kerugian material yang tidak bisa di hitung.
Kerugian yang timbul akibat adanya kecelakaan ada yang terlihat jelas atau berdampak jelas berupa kehilangan material atau jiwa manusia dan kerugian lain yang dapat dihitung secara pasti. Ada juga kerugian yang tidak jelas terlihat atau terasa dampaknya bahkan dampak kecelakaan dirasakan setelah lama kejadian kecelakaan itu sendiri. Kerugian yang terbesar yang merupakan kerugian yang tidak tergantikan adalah dampak atau kerugian yang tak jelas terlihat namun berbeda, karena jenis kerugian ini adalah sesuatu resiko yang tidak dapat dialihkan ke perusahaan asuransi. Seperti hilangnya kepercayaan masyarakat dan pencemaran nama baik akibat terjadinya kegagalan atau kesalahan yang menimbulkan kecelakaan yang fatal.
Organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Oregon Amerika (OREGONOSHA) membuat model perhitungan biaya kecelakaan untuk menjual keselamatan dan kesehatan kerja kepada perusahaan berdasarkan teori gunung es dalam K3. Perhitungan biaya kecelakaan dibagi menjadi biaya langsung (indirect cost/insured cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost/uninsured cost).
1.Biaya Langsung
Biaya langsung dari sebuah kecelakaan meliputi:
-
Biaya-biaya yang diasuransikan oleh perusahaan
-
Biaya perawatan di rumah sakit
-
Biaya pengobatan
-
Santunan Kematian
-
Biaya kompensasi lain yang tidak diasuransikan
2. Biaya tidak langsung
-
Biaya kerusakan peralatan, mesin, material dan fasilitas
-
Hilangnya waktu produksi (akibat tindakan gawat darurat, kerusakan, kegagalan dalam proses, produksi berhenti karena ditutup)
-
Biaya kebakaran, biaya tindakan gawat darurat
-
Keterlambatan dalam pengiriman produksi
-
Biaya investigasi kecelakaan dan administrasi oleh petugas keselamatan yang meliputi inspeksi, rapat, pembuatan laporan
-
Waktu yang hilang selama kecelakaan berlangsung (waktu untuk melihat kejadian kecelakaan, melakukan tindakan pertolongan pertama, pembersihan dari bekas-bekas kecelakaan, perbaikan)
-
Biaya lembur untuk menggantikan waktu produksi yang hilang
-
Biaya training atau pelatihan pegawai baru
-
Biaya pemeriksaan kesehatan pegawai baru
-
Kerusakan bangunan
Penjelasan diatas menjelaskan bahwa setiap kecelakaan kerja memliki kerugian langsung dan tidak langsung. Kerugian tersebut dapat berdampak bagi perusahaan dan juga pekerja. Untuk menghindari kerugian tersebut, menumbuhkan budaya k3 pada masing masing individu adalah salah satu solusinya. Jika budaya k3 sudah tertanam dengan baik pada masing masing individu, maka kita dapat menurunkan perilaku tidak aman dan juga dapat menekan angka kecelakaan
Tiada seorang pun yang mau celaka. Tapi, siapa yang tahu bahwa risiko kecelakaan bisa saja terjadi kapan saja dan di mana saja. Bukan untuk pasrah, di sinilah pentingnya budaya dan aturan yang mengatur tentang usaha menjaga keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Di lingkup pekerjaan, K3 juga bertujuan untuk melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, hingga orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja. Semua institusi berkewajiban untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat di lingkup operasionalnya untuk tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu.
Sepintas, budaya K3 seolah hanya berlaku di lingkungan pekerjaan. Padahal, budaya itu selayaknya juga sudah menjadi kebiasaan banyak kalangan, termasuk anak-anak. Sosialisasi budaya K3 sebagiannya juga menyasar pada anak-anak. Siswa-siswa dari tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) dan sekolah dasar (SD) pun selayaknya sudah mendapatkan sosialisasi tentang budaya K3 ini.
Budaya K3 dapat kita terapkan dalam kegiatan sehari hari seperti mengecek keadaan sepada motor sebelum kita memakainya, menggunakan helm disaat mengendarai sepeda motor, mentaati rambu rambu lalu lintas dan saling menghormati saat berada di jalan. Apabila kita menerapkan budaya k3 seperti diatas, maka kita dapat terhindar dari kecelakaan.
Adapun penerapan budaya k3 dilingkungan perusahaan dapat dilakukan dengan cara mengikuti SOP yang ada, selalu menggunakan APD, menjalin komunikasi dalam mengingatkan K3 kepada semua orang dilingkungan perusahaan dan berperan aktif mempromosikan budaya kerja yang aman.
Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA), budaya keselamatan dibangun atas komitmen bersama, sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang mumpuni, dan persepsi bersama yang menekankan pentingnya K3, sehingga membentuk kebiasaan keselamatan kerja yang berkesinambungan.
Manfaat budaya keselamatan di tempat kerja:
-
Meminimalkan kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan/ kelalaian yang
dilakukan individu
-
Meningkatkan kesadaran akan bahaya melakukan kesalahan/ kelalaian
-
Mendorong pekerja untuk menjalani setiap prosedur aman dalam semua tahap pekerjaan
-
Mendorong pekerja untuk melaporkan kesalahan / kekurangan sekecil apapun yang terjadi untuk menghindari terjadinya kecelakaan.
Budaya keselamatan yang baik dapat membentuk perilaku pekerja terhadap keselamatan kerja yang diwujudkan melalui perilaku aman dalam melakukan pekerjaan dan akan berdampak pada produktivitas kerja.
Author: Raza Bustaf
DOWNLOAD PDF